KEDUDUKAN
SEKOLAH MINGGU
DI
GEREJA PROTESTAN INDONESIA DI PAPUA
(SM
GPI Papua)
I.
Pengantar
Permasalahan pendidikan sangat kompleks
dan penting, sebab berhubungan dengan mempersiapkan manusia untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupannya sebagai bangsa yang bermartabat. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pendidikan merupakan bagian yang esensi/mendasar dari hidup
manusia. Pendidikan
memiliki peran yang strategis dalam
membentuk dan mendayagunakan kualitas hidup manusia, agar menjadi manusia yang memiliki kecerdasan
watak dalam berpikir, berperilaku,
kecerdasan mental spiritual, serta menghasilkan manusia yang bermoral. Menurut Handerson (1959) dalam Sadulloh,
(2011:4), pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat.
Tujuan akhir
pendidikan adalah agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan atau kompetensi yang meliputi segala aspek
kehidupannya dalam proses belajar. Sejak
lama bangsa Indonesia mempunyai cita-cita untuk menciptakan masyarakat belajar
( learning society). Belajar tidak akan pernah berhenti, selagi
manusia itu masih menjalani hidupnya, sebab belajar merupakan bagian dari
proses pendidikan. Menurut Harianto
GP ( 2012 : 57) jalur pendidikan adalah wadah yang dilalui oleh peserta didik
untuk mengembangkan potensi diri dalam proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan.
Bagaimana dengan Gereja? Apakah Gereja
di sebut juga sebagai lembaga
penyelenggara Pendidikan?
Gereja sebagai satu persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari
kegelapan menuju pada terang Kristus yang ajaib, hal ini berarti bahwa umat dididik untuk
hidup dan percaya kepada Yesus Kristus, sehingga menjadi seorang murid Yesus yang berkualitas hidupnya dan
dewasa dalam imannya. Menurut Nuhamara,
(2007 : 29), tujuan pendidikan di dalam
gereja untuk menolong anggota gereja bertumbuh menuju kedewasaan kristen. Gereja bertanggungjawab “ menyelenggarakan
pendidikan bagi umatnya “. Mandat untuk menyelenggarakan pendidikan itu
terdapat di dalam Ulangan 6 : 4 – 9, 11 : 1 – 22, dan Matius 28 : 19.
Lembaga Gereja Protestan Indonesia di Papua ( GPI Papua) juga
menyelenggarakan pendidikan kepada warganya. Tata Gereja GPI Papua yakni
Peraturan Pelaksanaan (PERLAK) GPI Papua
nomor 19 Bab II pasal 5, menjelaskan bahwa GPI Papua wajib memperhatikan
pengembangan sumber daya manusia gereja di setiap jenjang melalui
pendidikan formal di gereja yakni,
Sekolah Minggu dan Katekisasi.
Peraturan Pelaksanaan no 7 tentang
Tata Pelayanan menjelaskan nama wadah ini
adalah Persekutuan Anak dan Remaja Gereja Protestan Indonesia di Papua,
disingkat PAR GPI Papua. Dan bentuk wadah ini adalah Wadah Pelayanan Kategorial
Gereja Protestan Indonesia di Papua.
Sekolah minggu menjadi wadah pendidikan yang bersifat formal
untuk mendidik, membina dan memberdayakan
anak-anak. Petunjuk Pelaksanaan
Persekutuan Anak dan Remaja Gereja Protestan Indonesia di Papua (JUKLAK PAR GPI Papua) menjelaskan
Sekolah Minggu sebagai wadah pendidikan formal gereja bertanggungjawab dalam
meningkatkan kualitas pelayanan, dengan berorientasi pada pendidikan. Petunjuk Teknis GPI Papua, (2008:545) pendidikan Sekolah Minggu GPI Papua,
merupakan pendidikan formal gerejawi yang dilaksanakan secara berjenjang dari
usia 3 tahun – 16 tahun. Sebagai
pendidikan Formal Gerejawi, sekolah minggu wajib mendapat perhatian dan
dukungan penuh dari semua pihak ( Gereja/Jemaat, orang tua, murid-murid sekolah
minggu, dan anggota sidi gereja (Guru/Pengasuh) yang dipersiapkan untuk
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah minggu. Untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah
minggu yang maksimal, Sinode GPI Papua menetapkan kurikulum sekolah minggu
sebagai komponen yang penting, sebagai penunjang proses pembelajaran di Sekolah Minggu.
II. Sekolah Minggu di GPI Papua
A.
Sejarah Sekolah
Minggu
Robert Raikers sebagai pendiri sekolah minggu. Ia
prihatin dan memiliki kepedulian kepada anak-anak pada zaman revolusi industry
di inggris. Dimana terjadi masa peralihan dari tenaga manusia ke tenaga mesin,
dan pada masa itu banyak anak-anak yang
menjadi tenaga buruh yang bekerja pada pabrik-pabrik dengan mnghasilkan upah
dari tenaga kerja mereka. Namun situasi kondisi yang dihadapi anak-anak saat
itu, sangat memprihatinkan, sebab mereka menjadi anak-anak yang nakal, hasil
upah, mereka gunakan untuk hura-hura dan minum-minuman keras, bahkan tingkat
kejahatan anak-anak semakin tinggi.
Dengan melihat kondisi anak-anak, maka Robert Raikers menaruh perhatian
kepada anak-anak, dengan cara mengumpulkan mereka, dan mengajari mereka setiap
hari minggu. Materi yang diberikan oleh Raikes adalah pendidikan bersifat umum,
yakni mereka diajari membaca, menulis, dan pengajaran ajaran Kristen. Ada nilai penting yang dapat diambil dari
Raikers, Raikes melihat anak sebagai sosok manusia yang perlu dibentuk, dan
dibangun karakter, mental dan spiritualnya, untuk menjadi anak yang baik.
B. KEDUDUKAN Sekolah Minggu di GPI Papua
Gereja sebagai satu persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari
kegelapan menuju pada terang Kristus yang ajaib, hal ini berarti bahwa
umat dididik untuk hidup dan percaya kepada Yesus Kristus,
sehingga menjadi seorang murid Yesus
yang berkualitas hidupnya dan dewasa dalam imannya. Menurut Nuhamara, (2007 : 29), tujuan
pendidikan di dalam gereja untuk
menolong anggota gereja bertumbuh menuju kedewasaan kristen. Gereja bertanggungjawab “ menyelenggarakan
pendidikan bagi umatnya “. Mandat untuk menyelenggarakan pendidikan itu
terdapat di dalam Ulangan 6 : 4 – 9, 11 : 1 – 22, dan Matius 28 : 19.
Menurut
Groome, (2010 : 65), hakikat dan
misi gereja harus dimengerti dari sudut Kerajaan Allah dalam Yesus
Kristus. Setia pada ajaran Yesus. Gereja
menjadi komunitas orang-orang yang mengaku
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan gereja pun
bertanggungjawab melakukan pendidikan Agama Kristen kepada Umatnya. Pelaksanaan PAK di Gereja merupakan bagian
dari penyelenggaraan pendidikan di gereja dalam mempersiapkan warga gereja
menjadi umat Kristen yang dewasa dalam imannya.
Dalam mencapai tujuan pendidikan di gereja, maka perlu diatur dan
ditetapkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan
Kristen di gereja.
Menurut Pazimo, (2012:321) pendidikaan
Kristen harus membuat keputusan-keputusan yang secara langsung mempengaruhi praktik
pendidikan secara aktual.
Keputusan-keputusan ini secara khusus berkaitan dalam perencanaan,
implementasi dan evaluasi sebuah kurikulum.
Oleh karena itu, agar dapat merealisasikan pendidikan Kristen bagi
umatnya dengan baik, maka proses
pendidikan di dalam gereja pun harus mendapat perhatian dan konsentrasi penuh,
dan didasarkan pada sebuah kurikulum.
Menurut Pazmino, dalam praktek pendidikan Kristen, kurikulum merupakan
konten yang disediakan untuk nara didik.
Kurikulum yang efektif menyatukan
konten dan pengalaman kristiani, dan sebagai dampaknya kurikulum berpotensi
mengubah kehidupan (transformasi).
Lembaga Gereja Protestan Indonesia di
Papua ( GPI Papua) juga menyelenggarakan pendidikan kepada warganya. Tata
Gereja GPI Papua yakni Peraturan Pelaksanaan
(PERLAK) GPI Papua nomor 19 Bab II pasal 5, menjelaskan bahwa GPI Papua
wajib memperhatikan pengembangan sumber daya manusia gereja di setiap jenjang
melalui pendidikan formal di gereja
yakni, Sekolah Minggu dan Katekisasi. Sekolah minggu menjadi
wadah pendidikan yang bersifat formal untuk mendidik, membina dan
memberdayakan anak-anak. Petunjuk Pelaksanaan Persekutuan Anak dan
Remaja Gereja Protestan Indonesia di
Papua (JUKLAK PAR GPI Papua) menjelaskan Sekolah Minggu sebagai wadah
pendidikan formal gereja bertanggungjawab dalam meningkatkan kualitas
pelayanan, dengan berorientasi pada pendidikan.
Petunjuk Teknis GPI Papua, (2008:545)
pendidikan Sekolah Minggu GPI Papua, merupakan pendidikan formal
gerejawi yang dilaksanakan secara berjenjang dari usia 3 tahun – 16 tahun. Sebagai pendidikan Formal Gerejawi, sekolah
minggu wajib mendapat perhatian dan dukungan penuh dari semua pihak (
Gereja/Jemaat, orang tua, murid-murid sekolah minggu, dan anggota sidi gereja
(Guru/Pengasuh) yang dipersiapkan untuk pelaksanaan proses pendidikan di
sekolah minggu. Untuk mencapai tujuan
pendidikan sekolah minggu yang maksimal, Sinode GPI Papua menetapkan kurikulum
sekolah minggu sebagai komponen yang penting, dan diimplementasikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran di
sekolah minggu.
DAFTAR RUJUKAN
Boehlke,
Robert R, 2011. Sejarah Perkembangan
Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen, dari Plato sampai IG. Loyola.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Boehlke,
Robert R., 2010. Sejarah Perkembangan
Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Dari Yohanes Amos Comenius sampai perkembangan PAK di Indonesia.
Jakarta: BPK Gunung Mulia
Lembaga
Alkitab Indonesia, 2013. Alkitab,
Jakarta : LAI
Nuhamara
Daniel, 2009. Pembimbing PAK. Jawa
Barat : Jurnal Info Media.
Sinode
GPI Papua, 2008. Tata Gereja GPI Papua,
Fakfak : Badan Pekerja Sinode GPI Papua
Pazimino
Robert, W. 2002 . Fondasi Pendidikan Kristen,. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.